Divisi : Spermatophyte
Anak Divisi : Dicotyledoneae
Kelas : Angiospermae
Anak Kelas : Dilypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Jenis :Theobroma cacao
MORFOLOGI KAKAO
AKAR
— Tanaman coklat memiliki system akar tunggang, yaitu akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok dan bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil
— Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan daerah perakaran menjadi amat luas
— Warna akarnya adalah kecoklatan.
BATANG
• Tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores)
• Berupa pohon yaitu tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah
• Bentuk batangnya adalah bulat (teres) batang bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil
• Percabangannya adalah monopodial, yaitu batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong keatas (patens)
• Tanaman kakao biasanya mempunyai tinggi sekitar
5-10 m. Warna batangnya adalah coklat kotor
• Tanaman kakao mempunyai kuncup liar yaitu kuncup-kuncup yang tidak terdapat pada ujung atau ketiak daun. Letak kuncup liar ini disembarang tempat pada batang dan jika tumbuh biasanya akan menghasilkan wiwilan atau tunas air.
DAUN
— Daun tunggal ( folium simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja
— Bentuk tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur , bangun daunnya memanjang(oblongus), pada ujung (apex folii) dan pangkal daunnya (basis folii) berbentuk runcing (acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip, tepi daunnya ( margo folii) berbentuk rata (integer)
— Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah
4-20 cm
— Susunan tulang daunnya (nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis) yaitu hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun
— Warna daunnya adalah hijau.
BUNGA
— Tanaman coklat merupakan tanaman berbunga tunggal (planta uniflora)
— Letak bunganya adalah pada ujung batang (flos terminalis)
— Bunga berkelamin dua (hermaproditus)
— Kelopaknya (calyx) berwarna putih dengan panjang 6-8 mm, mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm, benang sarinya (stamen) berbentuk periuk berwarna ungu tua, bakal buahnya (ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk banyak sekat-sekat sehingga terjadi banyak ruang-ruang.
— Warna bunganya adalah merah.
BUAH
— Buah sejati, yaitu buah yang terjadi dari bakal buah, terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah saja
— Buah berdaging, yaitu dinding buahnya menjadi tebal berdaging dan kulit buahnya tebal
— Buah pada tanaman coklat termasuk dalam buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar yang tipis agak kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair. Buah buni dapat terjadi dari satu atau beberapa daun buah dengan satu atau beberapa ruang
— Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm dengan warna merah.
BIJI
— Bijinya berdaging dan berair, bentuknya bulat telur, dibalut selaput putih yang tebal (pulp), bijinya berwarna coklat
— Biji Theobroma cacao mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan tanin
— Endosperm mengandung lemak dengan
kadar yang cukup tinggi
VARIETAS/JENIS KAKAO
1. Forastero
— Lebih sesuai di dataran rendah
— Terdiri atas kultivar Lower Amazone Hybrid (LAH) dan Upper Amazone Hybrid (UAH)
— UAH mempunyai karakter produksi tinggi, cepat mengalami fase generatif/berbuah (setelah umur 2 tahun), tahan penyakit VSD (Vascular Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun dan fermentasinya hanya 6 hari
2. Criolo
— Dapat ditanam sampai dengan dataran agak tinggi
— Terdiri atas kultivar South American Criolos dan Central American Criolos
3. Trinitario (hibrida) → hasil persilangan Criolo dan Forastero
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar:
1. Kakao mulia (edel cacao) → Criolo
Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri
2. Kakao curah (bulk cacao) → Forestero
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible, kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi, bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.
SYARAT TUMBUH KAKAO
- Tanah/lahan
a. Tinggi tempat → tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum 1200 m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1- 600 m dpl
b. Topografi → kemiringan lereng maksimum 40°
c. Hidrologi → tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air, sehingga tanahnya harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air
maupun saluran (drainase) yang baik
- Sifat fisik tanah
Solum > 90 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung liat berpasir (komposisi pasir 50%, debu 10 - 20%, liat 30 - 40%) , konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik, kedalaman air tanah minimal 3 m - Sifat kimia tanah
Kemasaman tanah (pH) optimum 6.0 - 6.75, kakao tidak tahan terhadap kejenuhan Al tinggi, kejenuhan basa minimum 35%, kalsit (CaCO3) dan gips (CaSO2) masing-masing tidak boleh lebih dari 1% dan 0.5%, KTK top soil: 12 me/100 g, KTK sub soil: 5
me/100 g, KTK Mg:20 me/100 g, dan kandungan bahan organik > 3%.
2. Iklim
a. Curah hujan yang dibutuhkan harus tinggi dan terdistribusi dengan baik sepanjang
tahun. Tingkat curah hujan yang baik per tahun berkisar antara1500 mm – 2500 mm. Curah hujan saat musim kemarau
sebaiknya ± 100 mm per bulan dan tidak lebih dari tiga bulan
b. Temperatur maksimum 30 - 32° C, minimum 18 -21° C, dan temperatur optimum 26,6°C
c. Sinar matahari dengan intensitas 75% pada tanaman dewasa, 50% pada tanaman muda, dan 25% di pembibitan
d. Kelembaban > 80%
e. Kecepatan angin ideal 2-5 m/detik akan sangat membantu dalam penyerbukan
- Persiapan Lahan dan Naungan
— Persiapan lahan dan naungan sebaiknya sudah dilakukan satu tahun sebelum tanaman kakao ditanam
— Untuk tanaman penaung, biasanya digunakan Moghania macrophyla sebagai tanaman penaung sementara, dan tanaman Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp) sebagai tanaman penaung tetap
— Selain itu dapat pula digunakan tanaman-tanaman produktif seperti pisang sebagai penaung sementara, kelapa sebagai tanaman penaung tetap, ataupun tanaman lainnya.
— Sebagai tanaman penaung sementara, Moghania macrophylla ditanam satu tahun sebelum tanam kakao, dan ditanam sebagai barisan arah utara-selatan dengan jarak antar barisan sesuai dengan jarak tanam kakao (misalnya 3 m)
Diharapkan pada saat tanam kakao, barisan Moghania sudah mencapai tinggi sekitar 2,5 m dan sinar matahari yang masuk lorong tempat tanaman kakao ditanam pada jam 11.00 – 13.00
Setiap tahun pada awal musim hujan dapat dipotong sampai ketinggian 10 cm dari permukaan tanah
Pada saat tanaman kakao berumur 4 tahun atau pada saat tajuk kakao sudah saling menutup, tanaman penaung sementara Moghania macrophylla ini didongkel seluruhnya.
— Hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan tanaman bernilai ekonomis sebagai naungan adalah pengaturan tata tanam agar persaingan antara tanaman kakao dengan tanaman penaung diusahakan seminimal mungkin, namun tanaman tersebut dapat memberikan naungan yang cukup untuk tanaman kakao
Tanaman pisang dapat dimanfatkan sebagai tanaman penaung sementara dalam budidaya kakao, ditanam dengan jarak tanam 6x3 m, sehingga diantara tanaman pisang arah utara-selatan dapat ditanam 2 baris kakao dengan jarak tanam 3x3 m. Selanjutnya rumpun pisang dapat diatur dengan memelihara 2-3 anakan saja. Tanaman pisang dapat dipelihara sampai tahun ke 4 atau sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan tingkat penaungannya untuk tanaman kakaoSebagai tanaman penaung tetap, Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp) ditanam bersamaan dengan saat tanam naungan sementara
Pada awalnya tanaman penaung tetap ditanam dengan jarak sesuai dengan jarak tanam kakao (misalnya 3x3 m), dan selanjutnya populasinya dikurangi secara sistematis dan bertahap, yaitu pada saat tanaman kakao berumur 4 tahun didongkel 25%, dan pada saat kakao berumur 5 tahun didongkel lagi 25%
Populasi tanaman penaung tetap Gamal atau Lamtoro tersebut selanjutnya dipertahankan sekitar 500-600 ph/ha untuk daerah bertipe curah hujan C-D, dan sekitar 200-300 ph/ha untuk daerah bertipe curah hujan A-B
Berdasar populasi tersebut, selanjutnya pada awal musim hujan sebanyak 50% ditokok(pemangkasan bagian ujung 1m diatas tajuk kakao) berselang-seling, dan 50% sisanya ditokok pada awal musim hujan berikutnya.
• Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman penaung tetap untuk tanaman kakao, harus diatur agar persaingan minimal
• Sebaran akar kakao terbanyak sampai radius 1 m dan sebaran akar kelapa terbanyak sampai radius 2 m, oleh karena itu perlu dibuat jarak antara kakao dan kelapa minimal 3 m
• Dengan jarak tanam kelapa 10x10 m dan jarak tanam kakao 4x2 m dalam gawangan kelapa utara-selatan, maka dapat diperoleh pertanaman dengan populasi tanaman kakao 1000 ph/ha dan kelapa 100 ph/ha.
• Sebagai penaung tanaman kakao, fungsi penaungan tanaman kelapa dapat diatur dengan melakukan pemangkasan pelepah bila penaungannya terlalu gelap, terutama pada musim hujan. Demikian pula pada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan tinggi, apabila penaungannya kurang, dapat ditambah tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro yang ditanam diagonal tanaman kelapa.
2. Pembibitan
— Biji yang digunakan untuk benih dari buah yang tua pada bagian tengah buah, yakni 2/3 bagian dari untaian biji. Biji bagian pangkal dan ujung tidak diikut sertakan sebagai bahan tanam
— Benih didederkan pada persemaian dalam keadaan tegak (ujung biji tempat tumbuh radikula ditegakkan di sebelah bawah)
— Benih akan berkecambah pada umur 4 – 5 hari setelah pedederan, tetapi biji yang belum berkecambah masih dapat dibiarkan selama 2 – 3 hari sebelum dibuang sebagai biji apkir bagi yang tidak tumbuh
— Stadia kecambah yang baik untuk dipindahkan ke polybag adalah kecambah yang keping bijinya belum terbuka
— Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
— Benih yang sudah berkecambah dipindahkan ke polibag dengan ukuran 30 x 20 cm, yang berisi media berupa campuran tanah dengan pupuk kandang (1 : 1). Sebelum kecambah ditanam tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 per polibag
— Jarak antar polibag 20 x 20 cm dan lebar barisan 100 cm
— Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
— Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
— Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
— Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dan dosis sesuai dengan umur bibit (umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan : 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit). Pemupukan dengan cara ditugal
— Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
3. Penanaman
— Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm, selanjutnya beri pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) dan ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang
— Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, dan kakao Lindak/Curah umur 4-5 bulan
Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)
4. Pemeliharaan
— Kakao membutuhkan air per hari sebanyak 2-5 liter/pohon
— Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman (sistem pocket/kantong), pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali
— Pengendalian hama penyakit
— Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
- Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.
5. Panen
— Buah yang dipetik umur 5,5 – 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah.
— Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun.
— Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah, kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.
6. Pengolahan Hasil
— Fermentasi adalah tahap awal pengolahan biji kakao, bertujuan untuk mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
— Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700 °C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
— Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar